Beranda
Cerita Slowly  
jarbit
jarbit | 🇧🇩 Bangladesh

Originally written in English. Translated by Kiraaaia.

Hari ini, aku akan memberitahukan ceritaku bertemu dengan teman baru dari negara lain melalui Slowly. Pada tanggal 1 Januari 2020, aku meninggalkan semua platform sosial media, karena aku merasa itu begitu toksik dan juga itu resolusi tahun baruku (aku tetap memegang teguh janjiku 😅). Dari sebuah postingan di Reddit, aku menemukan platform unik ini, dan beberapa teman luar biasa lintas negara.

Singkat cerita, pada tanggal 16 Desember 2021, aku ingin pergi ke Britania Raya (Inggris) dari negara tempatku tinggal, Bangladesh. – karena sebuah persahatan singkat. Tidak seperti negara Asia Selatan lainnya, aku suka cuaca dingin dan Slowly adalah lingkungan yang dingin. Namun jauh di lubuk hati paling dalam, ingin kujelajahi negara lain sembari menjalin pertemanan di sana. Mungkin kalian tahu, itu tak mustahil bila kamu ada di sebuah tempat baru untuk waktu yang lama, sangat mustahil bila tiba-tiba mempunyai seorang teman yang dengannya kita bisa berjalan-jalan dan minum kopi.

Kredit untuk Slowly, Slowly adalah tempat di mana aku mendapatkan sahabat penaku. Atau singkat cerita, kita sebut saja dia Fima. Pada tanggal 19 Desember 2021, aku dengan acak mengirim surat, dan Fima membalas surat itu kepadaku di hari yang sama. Setelah perkenalan awal, kita mulai bertukar surat dan saling mengenal satu sama lain. Kita bicara tentang kehidupan kita, sesuatu yang kita suka, makanan kesukaan, film kesukaan, terutama Marvel. Kemudian, kita memutuskan untuk bertukar nomor telepon, jadi kita bisa berbicara melalui telepon selain mengirim surat. Karena sibuknya jadwal kita, kita tidak bisa berbicara setiap hari, sayangnya. Hari silih berganti, ikatan kita kian menguat. Aku menunggu pesannya saat dia bekerja dan harus lembur untuk mempersiapkan ujiannya, dia melakukan hal yang sama ketika aku harus melakukan tugas yang sama.

Pada tanggal 24 Desember 2021, satu hari tepat sebelum natal, aku ingin pergi ke London, kota paling kosmopolitan. Aku akan selalu merindukan kota ini karena keragaman budaya yang bergerak cepat di sana. Segera ku menetap di dekat Pusat London, dan mengunjungi tempat-tempat utama, mulai dari Big Ben hingga British Museum. Setelah memantapkan diri, aku menulis kembali surat untuk Fima, dan bertanya kepadanya suatu hari apakah dia bisa bertemu di London karena dia tinggal di London. Aku terkejut ketika dia mengatakan “ya” karena perasaan saling bersua agaknya kian dekat. Jadi kami menetapkan tanggal dengan cepat dan daftar rencana yang tidak kami lakukan karena waktu yang singkat. Tanggal pertemuan kita kian dekat, untuk waktu yang cukup lama, tak kurasakan perasaan yang sukacita tuk bertemu seseorang, dan akhirnya hari itu tiba.

Di malam hari, Sesampailah Fima di Pusat London pada tanggal 29 Desember 2021, kujemput ia di dekat stasiun kereta. Singgah dan duduklah kita di suatu tempat, kita bicara dua jam lamanya, setelah itu, bedasarkan rencana kita sebelumnya. Kami menuju ke tempat bowling pada sekitar pukul setengah tujuh malam. Sayangnya, tempat itu tutup bahkan sampai jam setengah delepan malam.

Mengecewakan, tapi kami tak punya pilihan lain selain jalan-jalan sebelum makan malam. Sambil berjalan di beberapa jalan acak di London. Kita bicara tentang hari ini dan kehidupan kita. Akhirnya, kita pergi ke restoran Korea untuk makan malam dengan soju, yang mana itu ketertarikan kita berdua. Di restoran, satu jam berlalu dengan gelak tawa, memanjakan mulut dengan pangsit, dan minum soju seperti gin.

Kala itu, sekitar jam setengah sembilan malam, ia berkata kalau ia harus segera pulang. Aku mengerti, jumpa kita saat itu akan segera usai. Itu membuatku tertekan, kurasa ini akan jadi jumpa pertama dan terakhir kita, Kita pun membungkus makan malam kami dengan cepat, dan bergegas ke stasiun kereta. Kuingin menurunkannya di rumahnya, tapi ia tak membiarkanku bergerak lebih jauh. Karenanya, di stasiun ini, kami ucapkan selamat tinggal satu sama lain, masih kuingat ketika kupeluk satu-satunya teman di Inggris dengan berlinang air mata.

Dia mengirimkanku kabar ketika ia tiba di rumah di ambang tengah malam. Beberapa hari setelahnya, bahkan saat disibukkan dengan kegiatan sehari-hari kita. aku terus menikmati waktu bersamanya, karena dia adalah satu-satunya temanku di sana, kutinggalkan beberapa pesan, namun tampaknya dia terlalu sibuk untuk membalas surat itu. Akhirnya kami berpisah, dan kemudian, aku kembali ke rumah pada tanggal 25 Januari (2022) tanpa berpamit dan mengucap selamat tinggal kepadanya.

Aku tahu, ini bukanlah sebuah cerita dengan akhir yang bahagia seperti film Marvel. Namun aku bersyukur, akhirnya kutemukan teman yang baik di negara dengan orang-orang dan kultur yang asing. Kata-katanya, suratnya, dan perusahaannya membuat periode kunjunganku tidak terlupakan. Aku berdoa dan berharap kita bisa menembus jalan kita satu sama lain suatu saat nanti.

PS 1: Ini satu-satunya foto yang kumiliki dengannya. Kami pergi ke restoran Korea itu dalam tabung.
PS 2: Ini adalah cerita pertamaku, dan aku meminta maaf atas cara penulisan cerita yang konyol.

 Kirimkan Kisah Anda

SLOWLY

Mulai terhubung dengan dunia sekarang!

4.7   8 jt+